Kebijakan "Tarif Setara" Trump: Alat Perundingan atau Kebijakan Jangka Panjang?

Minggu lalu, setelah penutupan pasar saham AS, Trump mengumumkan rencana "tarif timbal balik"-nya. Rencana ini memicu gejolak di pasar global, dan aset kripto juga tidak luput dari dampaknya.

Rencana tarif Trump telah memicu ekspektasi kekacauan di pasar. Pertanyaan kunci adalah: apakah ini merupakan kebijakan jangka panjang, atau hanya sebagai strategi negosiasi untuk meraih keuntungan? Jika yang pertama, ini bisa mengarah pada isolasionisme AS, yang berdampak negatif jangka panjang pada ekonomi global. Namun jika yang kedua, maka pengumuman kebijakan tarif ini mungkin menandakan puncak kepanikan perang dagang, di mana semua pihak secara bertahap akan mencapai konsensus melalui negosiasi, dan kepanikan pasar akan mereda secara bertahap, harga aset kembali ke tingkat normal.

Meskipun Trump sebelumnya beberapa kali mempromosikan kebijakan tarif sebagai "kebijakan negara", berjanji untuk mendorong kembalinya industri manufaktur melalui tarif, penulis cenderung percaya bahwa tarif lebih mungkin menjadi alat tawar-menawar baginya. Tujuan akhir Trump mungkin termasuk: mendapatkan lebih banyak pesanan dari luar negeri, menciptakan lebih banyak peluang kerja di dalam negeri, serta melakukan pengepungan yang wajar terhadap pesaing.

Selain itu, kebijakan tarif yang menyebabkan penurunan aset dan ekspektasi resesi juga memberikan tekanan besar pada Federal Reserve. Meskipun Trump tidak dapat secara langsung campur tangan dalam keputusan Federal Reserve, gejolak ekonomi dan pasar saham dapat mempengaruhi kebijakan moneter secara tidak langsung.

Perlu dicatat bahwa Trump dan timnya perlu mempertahankan posisi di tengah tekanan besar saat ini. Jika mereka dapat mengubah tuntutan tarif yang tampaknya tidak logis menjadi hasil yang nyata, reputasi Trump mungkin akan perlahan membaik. Hasil ini akan membantu memperluas pengaruh politiknya, dan mungkin membantu Partai Republik untuk mendapatkan keunggulan dalam pemilihan paruh waktu tahun depan.

Namun, keterbatasan waktu dan ruang membuat kemungkinan menjadikan tarif sebagai kebijakan nasional jangka panjang menjadi kecil. Pemilihan menengah untuk dua majelis akan diadakan tahun depan, tarif tinggi yang berkepanjangan dapat menyebabkan resesi ekonomi, penurunan tajam pasar saham, dan inflasi aset, yang akan berdampak serius pada kinerja Partai Republik dalam pemilihan.

Faktanya, kurang dari seminggu setelah peluncuran kebijakan "tarif setara", sikap tim Trump terhadap masalah tarif mulai melunak seiring dengan kontak dengan banyak negara dan konfirmasi kepentingan nyata. Pernyataan terbaru dari Direktur Dewan Ekonomi Nasional dan penasihat perdagangan menunjukkan tren ini.

Tentu saja, selama proses negosiasi mungkin masih ada situasi yang tidak terduga. Misalnya, negosiasi antara Amerika Serikat dan mitra dagang penting seperti Uni Eropa dan China mungkin tidak berjalan lancar, yang dapat menyebabkan peningkatan konflik dalam jangka pendek. Namun, mengingat bahwa sebagian besar negara mungkin akan bernegosiasi secara aktif dengan Amerika Serikat, kemungkinan memburuknya keadaan secara keseluruhan tidak terlalu besar.

Secara keseluruhan, tugas inti Trump tetap memenangkan lebih banyak "prestasi" sebelum pemilihan paruh waktu tahun depan, daripada membiarkan inflasi yang tinggi dan pasar saham yang anjlok mempengaruhi masa jabatannya yang tersisa. Oleh karena itu, sikap tegas di awal dan negosiasi berikutnya mungkin lebih menguntungkan untuk mencapai tujuan politiknya. Sebagai pembuat "ketidakpastian", Trump juga berharap untuk menghilangkan ketidakpastian yang dihadapinya sebelum pemilihan paruh waktu tahun depan.